makalah etika bisnis

ETIKA BISNIS PART I

EKSPLORASI MINYAK DAN GAS ( MIGAS ) DI PULAU JAWA
(oleh Muhammad Thalib)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan Negara yang tersohor akan hasil alamnya . Salah satu hasil alam yang menjadi sumber utama pendapatan negara dan telah menjadi penggerak roda kegiatan ekonomi Indonesia adalah kegiatan eksplorasi minyak bumi dan gas. Hampir disetiap pulau utama di negeri ini terdapat tambang minyak bumi dan gas. Ketergantungan Negara kita terhadap hasil bumi berupa migas ini memang tidak bisa dipungkiri. Setiap tahun dilakukan kegiatan eksplorasi ladang minyak dan gas yang baru.
Salah satu wilayah yang selama ini menjadi lahan ekplorasi utama migas adalah pulau jawa. Demi mengejar pendapatan negara kegiatan eksplorasi migas terus dipacu. Di pulau yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, sedikitnya terdapat sembilan perusahaan yang telah mendapatkan konsesi untuk mengeksplorasi minyak bumi dan gas. Disisi lain juga banyak terjadi kecelakaan diwilayah kegiatan penambangan ini. Dalam kurun waktu 36 tahun terakhir, telah tercatat terjadi delapan kejadian kecelakaan. Salah satu yang masih hangat dalam ingatan kita adalah peristiwa kecelakaan akibat ledakan sumur pengeboran minyak PT. Lapindo Brantas yang disertai oleh semburan lumpur yang berlangsung sampai sekarang. Dampak dari semburan lumpur ini berakibat sangat luas baik sektor industri, transportasi bahkan terjadi kelumpuhan aktivitas ekonomi didaerah terdampak. Banyak warga yang mengalami kerugian materil dan non materil, dam juga berdampak terhadap psikologis mereka.
Dari berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan oleh kegiatan eksplorasi minyak bumi dan gas di pulau jawa, dan semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk menyebabkan pemerintah seharusnya meninjau ulang pemberian konsesi eksplorasi minyak dan gas di pulau jawa, dan melihat dampak yang mungkin akan timbul dimasa yang akan datang bila kegiatan eksplorasi ini terus dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka kami merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
a. Apakah kegiatan eksplorasi minyak di pulau jawa yang padat penduduk ini masih dapat dibenarkan bila dilihat dari sudut manusia dan alam sebagai satu kesatuan sistem ?
b. Bagaimana kaitan proses keputusan pemberian isin konsesi eksplorasi migas oleh pemerintah tersebut dengan tingkat kesadaran pejabat pemerintah ?
c. Bagaimana menilai tindakan PT. Lapindo Brantas yang tidak memasang casing dalam proses pengeboran sumur eksplorasi tersebut bila dilihat dari hakekat manusia secara utuh ?

1.3 Tujuan makalah
Untuk mencari alternatif penyelesaian permasalahaan pada perumusan masalah diatas dan untuk menambah wawasan penulis agar bermanfaat dikemudian hari.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian hakekat manusia
Hakekat manusia dapat didevenisikan sebagaiu berikut:
1. Mahluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan social yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan.
3. Mahluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai ( tuntas ) selama hidupnya.
4. Mahluk tuhan yang berarti ia adalah mahluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
2. Lapisan kesadaran manusia
Lapisan keasdaran manisia dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. Lapisan kesadaran fisik
Kesadaran fisik atau fikiran adalah kesadaran yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini ditimbulkan atas keberadaan sel-sel otak kita untuk bertahan hidup, berkembang biak dan berinteraksi ,lengkap dengan semua emosi rendahnya.

b. Lapisan kesadaran jiwa
Kesadaran jiwa(bawah sadar) adalah keasadaran yang jauh tinggi daraipada kesadaran fisik dan bekerja diluar kesadaran kita sehari-hari.
c. Kesadaran jiwa ( kosmos)
Adalah identiatas sejati dari setiap manusia.dan hanya secdikit orang yang mencapai kesadaran itu. Kesadaran roh tidak mempunyai batasan apapun baik tempat, waktu maupun dimensi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kegiatan eksplorasi minyak dan gas di pulau jawa yang padat penduduk bila dilihat dari sudut pandang manusia dan alam menurut kelompok kami adalah sebagai berikut:
Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sudah seharusnya kegiatan eksplorasi tidak dilakukan lagi. Karena hal ini dapat berakibat fatal dikemudian hari. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di pulau jawa sudah tidak relevan lagi bila dilakukan kegiatan penambangan. Dampak negatifnya lebih banyak bila dibandingkan dengan dampak positif yang diperoleh. Kemungkinan terjadinya bencana kemanusiaan akan lebih besar. Contoh yang paling nyata bisa dilihat pada kasus semburan lumpur lapindo. Ada ratusan ribu orang yang harus kehilangan tempat tinggal, kehilangan mata pencaharian, dan tentu tak bisa dikesampingkan juga dampak psikologis yang dialami oleh warga korban lumpur lapindo. Walaupun dampak positif eksplorasi minyak dan gas juga ada seperti pemasukan pendapatan Negara dari proses bagi hasil, dan keuntungan pinansial tapi hanya untuk segelintir orang. Hal ini tidak sebanding dengan kerugian yang dialami oleh masyarakat sekitar.
Dari segi dampak lingkungan, tingginya tingkat penduduk utamanya di pulau jawa menyebabkan kapasitas daya tampung lahan baik untuk pemukiman dan pertanian semakin kecil. Dan bila ditambah lagi dengan kegiatan eksplorasi migas tentu takkan seimbang lagi. Belum lagi dampak lain dari kegiatan eksplorasi, seperti dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, berkurangnya resapan air sampai pada rusaknya ekosistem dan habitat mahluk hidup yang ada di sekitar daerah eksplorasi. Rusaknya ekosisitem adalah bom waktu yang setiap saat bisa menjadi bencana seperti timbulnya wabah penyakit, bencana kekeringan dan lain-lain.
3.2 Kaitan proses keputusan pemberian isin konsesi eksplorasi migas oleh pemerintah dengan tingkat kesadaran pejabat pemerintah.
Pemberian isin konsesi eksplorasi migas oleh pemerintah, utamanya eksplorasi pada daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi adalah sebuah kesalahan besar. Sadar atau tidak pemerintah telah mendorong rakyatnya kedalam jurang bencana yang besar. Untuk tahap awal masyarakat sekitar akan memperoleh dampak positif dengan terbukanya lapangan pekerjaan dan bergeliatnya roda ekonomi. Tapi hal ini tak akan berlangsung lama hal ini sesuai dengan sifat migas yang tidak dapat diparbaharui yang tentunya pasti akan habis. Dampak negatifnya mungkin tidak instan akan dirasakan tapi kedepannya tak bisa dipungkiri hal itu kemungkinan besar akan terjadi. Seperti yang dicontohkan pada semburan lumpur lapindo.
Apa yang dilakukan oleh pemerintah (pemberian isis konsesi eksplorasi) bila dilihat dari segi lapisan kesadaran masih berada pada level kesadaran paling rendah yaitu level kesadaran fisik. Karena pemerintah mengambil keputusan itu hanya berfikir untuk saat ini saja tanpa berfikir lebih jauh kedepan tentang hal yang cakupannya lebih luas tidan hnya pada oriantasi semata. Pemerintah mengambil keputusan itu tidak menggunakan kesadaran jiwa yang dimilikinya apalagi kesadaran roh yang lebih tinggi.
3.3 PT. Lapindo Brantas yang tidak memasang casing dalam proses pengeboran sumur eksplorasi bila dilihat dari hakekat manusia secara utuh.
Apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas menujukkan bahwa manusia adalah mahluk yang tidak sempurna, walaupun pengerjaan pengeboran telah memakai tenaga ahli yang berpengalaman. Tindakan PT.Lapindo brantas yang memasang casing yang tidak sesuai dengan spesifikasi, menunjukkan bahwa didalam diri manusia juga terdapat unsur sifat ketamakan. Karena keinginan untuk memperoleh kauntungan yang besar dengan menggunakan peralatan yang lebih murah tanpa memikirkan resiko yang bisa ditimbulkan oleh tindakannya tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. kegiatan eksplorasi minyak dan gas untuk daerah pulau jawa yamg memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seharusnya tidak di lakukan lagi. Mengingat banyaknya dampak negative yang bisa ditimbulkan bila dibandingkan dengan dampak positif yang diperoleh.
2. Pemberian isin konsesi eksplorasi migas dilakukakan oleh pemerintah dengan menggunakan kesadaran fisik. Tidak menggunakan kesadaran jiwa apalagi kesadaran roh.
3. Kesalahan pemasangan casing non original oleh pt. lapindo brantas walaupun menggunakan tenaga ahli, menunjukkan bahwa manusia bukanlah mahluk yang sempurna. Dan manusia juga memiliki sifat tamak yang menginginkan keuntungan yang sebesar besarnya.
B. Saran-saran
1. Seharusnya pemerintah dalam memberikan isin konsesi eksplorasi dapat menggunakan seluruh lapisan kesadaran yang dimilikinya agar keputusan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi semua.
2. Handaknya pemerintah lebih memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan berpihak kepada kepentingan umum dalam mengambil setiap kebijakan.
3. Sudah saatnya pemerintah memikirkan alternative lain yang bisa dikembangkan dipulau jawa selain eksplorasi minyak dan gas yang berpihak kepada kemaslahatan ummat manusia dan keseimbangan serta kelestarian alam.

ETIKA BISNIS PART II

Kecerdasan Fisik ( Physical Quotient / PQ )

” WHAT I DO ? “

Kecerdasan Fisik (PQ) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tubuh. Kita sering tidak memperhitungkan menyadarinya, bahwa didalam Tubuh ada sebuah gerak yang diperintahkan oleh kemauan kita, dan ada gerak diluar kesadaran kita ( otonom ). Coba renungkan : Tanpa adanya perintah, tubuh menjalankan sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem-sistem vital lainnya. Tubuh  terus menerus memantau lingkungannya, menghancurkan sel pembawa penyakit, mengganti sel yang rusak dan melawan unsur-unsur yang mengganggu kelangsungan hidup. Makanan dan minuman yang  masuk kedalam tubuh, terproses secara otomatis , terpilah menjadi sari makanan dan sampah makanan, tanpa harus dijaga dan ditunggu oleh kita. Seluruh proses itu berjalan di luar kesadaran dan berlangsung setiap saat dalam hidup. Ada kecerdasan yang menjalankan semuanya itu dan sebagian besar berlangsung di luar kesadaran.

2. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient / IQ)

” WHAT I THINK ? “

IQ adalah kemampuan nalar, atau pikiran orang sering menyebutnya dengan kemampuan Otak Kiri. Yaitu kemampuan untuk mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan sebab akibat, berpikir abstrak, berbahasa, memvisualkan sesuatu. Di zaman dulu IQ dijadikan ukuran utama kecerdasan seseorang. Baru kemudian disadari bahwa konsep dan batasan-batasan di atas seperti itu terlalu mempersempit kecerdasan tersebut. Otak kiri bertanggung jawab untuk “”pekerjaan” verbal, kata-kata, bahasa, angka-angka, matematika, urut-urutan, logika, analisa dan penilaian dengan cara berpikir linier. Melatih dan membelajarkan otak kiri akan membangun kecerdasan intelektual ( IQ ).

3. Kecerdasan Emosional (Emosional Quotient / EQ)

” WHAT I FEEL ? “

EQ adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Kecerdasan Emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan. EQ digambarkan sebagai kemampuan otak kanan dan dianggap lebih kreatif, tempat intuisi, pengindraan, dan bersifat holistik atau menyeluruh Penggabungan pemikiran (otak kiri) dan perasaan (otak kanan) akan menciptakan keseimbangan, penilaian dan kebijaksanaan yang lebih baik. Dalam jangka panjang, kecerdasan emosional akan merupakan penentu keberhasilan dalam berkomunkasi, relasi dan dalam kepemimpinan dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (nalar). Seseorang yang memiliki IQ tinggi tetapi memiliki kecerdasan emosionalnya (EQ) rendah, tidak tahu bagaimana membangun hubungan dengan orang lain. Orang tersebut mungkin akan menutupi kekurangannya dengan bersandar pada kemampuan intelektualnya..

4. Kecerdasan Spriritual (Spiritual Quotient / SQ)

” WHO I AM ? “

Sebagaimana EQ, maka SQ juga merupakan arus utama dalam kajian dan diskusi folosofis dan psikologis. Kecerdasan spiritual merupakan pusat dan paling mendasar di antara kecerdasan lainnya, karena dia menjadi sumber bimbingan atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan kita akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. Kecerdasan Spiritual juga membantu kita untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip sejati yang merupakan bagian dari nurani kita, yang dapat dilambangkan sebagai kompas. Kompas merupakan gambaran fisik yang bagus sekali bagi prinsip, karena dia selalu menunjuk ke arah utara. Begitu juga dengan Spiritualitas kita yang cenderung menuju Nurani , bukan kepada kemauan diri syahwati.

 

ETIKA BISNIS PART III

 

MAKALAH ETIKA BISNIS

TENTANG

“HAJI BAMBANG BERJUMPA TUHAN”

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT BALI DALAM MENGHADAPI

 KASUS TERORISME

(created by Muhammad Thalib)

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang.

 

Dalam kehidupan manusia banyak hal yang terjadi tanpa diduga sebelumnya.Banyak tingkah laku manusia yang dilakukan secara spontanitas, namun ada juga yang dilakukan dengan penuh perencanaan sebelumnya. Salah satu hal yang ramai diperbincangkan saat ini adalah kegitan  terorisme. Tidak hanya terjadi didalam negeri, kegiatan terorisme juga banyak terjadi di luar negeri.

 

Masih terbayang diingatan kita peristiwa sembilan tahun lalu tepatnya 12 Oktober 2002, untuk pertama kalinya bom meledak di bali. Sebuah aksi biadab dari sekelompok orangyang tidak bertanggung jawab. Bom bali menyisakan luka yang mendalam baik para korban yang masih hidup, maupun keluarga korban yang meninggal dunia, serta banyaknya kerugian materi yang ditimbulkannya. Peristiwa bom bali ini, mengingatkan kita akan dua orang sosok yang juga merupakan korban dari tragedi ini, sekaligus menjadi sosok yang menarik perhatian masyarakat luas dan media massa  berkat loyalitasnya terhadap kemanusian.

 

Kedua orang tersebut adalah Haji Bambang ( seorang yang beragama islam , tinggal dikuta) dan Nyoman Bagina ( penduduk kuta beragama hindu ). Mereka berdua bersama masyarakat kuta lainnya beberapa saat setelah kejadian langsung menyingsingkan lengan. Menolong korban bom, baik yang sudah menjadi mayat maupun korban luka-luka yang masih sempat menyelamatkan diri ,dan yang tak kalah pentingnya bagaimana mereka mampu meredam emosi massa masing-masing dimana situasi saat itu sangat rawan disusupi provokator yang dapat memecah belah dan menimbulkan kekacauan dikalangan masyarakat bali.

 

Dan Sembilan  tahun setelah kejadian berlalu, dimana para pelaku teror telah dijatuhi hukuman, wajah kuta tidak berubah, kebencian tidak harus diikuti dengan kebencian,penghancuran tidak mesti disertai dengan dendam, darah manusia tidak mesti disertai dengan darah manusia susulan, dan Haji Bambang bersama Nyoman Bagiana hingga kini masih menjadi waga kuta yang dihormati. Haji Bambang dan kawan-kawan telah melakukan penghormatan kepada tuhan sama khusuknya ketika mereka melakukan penghormatan ditempat ibadah. Melalui cinta kasih terhadap sesama.

 

Apa yang terjadi di Bali sangat kontras dengan apa yang terjadi di dunia barat ( Amerika serikat ). Tragedy world trade center, New york, 11 september 2001 telah diikuti dengan penyerangan membabibuta Amerika Serikat ke Irak dan Afganistan dengan tujuan melakukan pembalasan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab terhadap tragedi WTC tersebut.

 

Kuta memang kota kecil, namun kejadian bom Bali 1 dan 2 telah menjadi monument kehidupan bahwa kuta telah memberi pembanding mengenai cara menyelesaikan persoalan-persoalan dengan baik. Lebih dari itu, ia juga membuat Haji Bambang dan kawan-kawan” berjumpa dengan tuhan”.

 

  1. Perumusan Masalah.
  • Bagaimana parilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang bila dikaitkan dengan menggunakan berbagai teori etika yang telah dipelajari sebelumnya. Adakah teori-teori tersebut yang mampu menjelaskan perilaku kedua orang tersebut ?
  • Apa yang membedakan sikap Haji bambang dan Nyoman Bagiana karang dengan sikap pemerintah amerika serikat dan sekutu-sekutunya dalam menangani kasus teroris ?
  • Dalam menghadapi kasus teroris yang mirip, suasana bathin masyarakat kuta tetap tenang dan damai, berbeda dengan suasana bathin pemerintah dan sebagian masyarakat amerika serikat yang penuh dendam, kebencian, dan ketakutan. Mengapa bisa demikian, bagaimaina hal tersebut bisa terjadi bila ditinjau menurut teori yang telah dipelajari sebelumnya ?
  • Pelajaran apa yang dapat dipetik dari kedua orang yang berbeda agama- Haji Bambang dan Nyoman Bagiana karang di desa kuta Bali dalam menghadapi kerawanan konflik akibatnkeragaman budaya suku, agama,adat, dan bahasa bagi bangsa Indonesia ?
  1. Tujuan.
  •  Untuk mengetahui jawaban dari perumusan masalah diatas.
  • Sebagai tambahan referensi dan pengetahuan yang bias bermanfaat dikemudian hari.

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengertian etika.

Etika berasal dari bahasa yunani  ‘ ethos (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etiak berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan niali-nilai, tata cara hidupyang baik,aturan hidup yang baikdan segala kebiasaan yang dianutdan diwariskan dari satu orang ke orang lainatau dari satu generasi kegenerasi yang lain. Atau secara harfiahetika dapat diartikan sebagaisistim nilai tentang bagaimana manusia yang telah diinstusionalisasikandalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan.

 

  1. Pengertian PQ,IQ, EQ, dan SQ.
    • Kecerdasan Fisik ( Physical Quotient / PQ )adalahKecerdasan Fisik (PQ) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tubuh. Kita sering tidak memperhitungkan menyadarinya, bahwa didalam Tubuh ada sebuah gerak yang diperintahkan oleh kemauan kita, dan ada gerak diluar kesadaran kita ( otonom ).
    • Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient / IQ)adalah kemampuan nalar, atau pikiran orang sering menyebutnya dengan kemampuan Otak Kiri. Yaitu kemampuan untuk mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan sebab akibat, berpikir abstrak, berbahasa, memvisualkan sesuatu. Di zaman dulu IQ dijadikan ukuran utama kecerdasan seseorang. Baru kemudian disadari bahwa konsep dan batasan-batasan di atas seperti itu terlalu mempersempit kecerdasan tersebut.
    • Kecerdasan Emosional (Emosional Quotient / EQ) adalahpengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Kecerdasan Emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan.
    1. Kecerdasan Spriritual (Spiritual Quotient / SQ)adalah merupakan arus utama dalam kajian dan diskusi folosofis dan psikologis. Kecerdasan spiritual merupakan pusat dan paling mendasar di antara kecerdasan lainnya, karena dia menjadi sumber bimbingan atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan kita akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. Kecerdasan Spiritual juga membantu kita untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip sejati yang merupakan bagian dari nurani kita.

 

  1. Macam-macam Teori Etika.
    • Teori Teologi.

Etika yang mengukur baik burukbya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasrkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukanSehingga etika teologi lebih bersifat situasional. Karena tujuan dan akibat suatu tindakan bias sangat bergantung kepada situasi khusus tertentu,.contoh : seorang anak mencuri untuk membiayai pengobatan ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral kemanusiaan tapi dari aspek hokum jelas tindakan ini melanggar hukum.

  1. Teori Egoisme yaitu perilaku yang dapt diterima tergantung pada konsekwensinya . Inti pandang egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri
  2. Teori Utilitarisme yaitu teori yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi keguanaan semakin tinggi pula nilainya. Suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu, dua orang melainkan masyarakat secara keseluruhan.
  3. Teori Deontologi.

Teori ini berpendapat bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukakn melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri.contoh; jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas, maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.

  • Teori Hak.

Sebenarnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontology, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban merupakan satu kesatuan yang tak bias dipisahkan, seperti dua sisi mata uang.kewajiban satu orang biasnya dibarengi dengan hak dari orang lain.

  • Teori Keutamaan.

Teri keutamaan memandang terhadap sikap dan akhlak seseorang .tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil,atau jujur ,murah hati melainkan ; apakahorang itu bersikap adil, jujur, murah hati dan sebagainya..

  • Teori Teonom.

Teori ini mengajarkan bahwa benar secara moral apabila sesuai dengan perintah Allah, salah secara moral apabila tidak sesuai dengan perintah Allah, dan sifatnya wajib atau mengikat bila diperintahkan Allah.Teori ini mencakup seluru tingkat kecerdasan.

 

  1. Table perbedaan dari berbagai macam  teori etika.

No

Teori

Kriteria etis

Tujuan hidup

Hakikat

1. Teologi

a..Egoisme

 

 

b..Utilitarisme

   

-.Memenuhi kebutuhan pribadi

-. Memberi manfaat bagi orang banyak

 

-. Kenikmatan diniawi / individu

-Kesejahteraan duniawi

 

-. Hakekat tidak utuh (PQ dan IQ)

-. Hakikat tidak utuh (PQ dan EQ)

2. Deontology   Kewajiban mutlak bagi tiap orang Demi kewajiban diri sendiri Hakikat tidak utuh (EQ dan IQ)
3. Hak Tingkat kepentingan terhadap HAM Aturan tentang HAM Demi martabat kemanusiaan. Hakikat tidak utuh IQ
4. Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif dan negatif Kebahagian dunia Hakikat tidak utuh (IQ dan EQ)
5. Teonom Disposisi karakter dan tingkat keimanan Karakter mulia dan menaati kitab suci Kebahagiaan rohani dan duniawi Hakekat utuh (PQ, IQ, EQ, dan SQ)

BAB III

PEMBAHASAN

  1. Penjelasan tentang perilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang berdasarkan teori-teori etika yang ada.

Dengan menghubungkan antara latar belakang dengan tinjauan pustaka, dapat dijelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang sesuai dengan Teori Etika Teonom karena apa yang mereka lakukan itu, yakni menghadapi kasus bom bali dapat dijelaskan sebagai berikut :Dalam teori teonom jika seseorang melakukan sesuatu pekerjaan / tindakan berdasarkan hakekat hakekat manusia yang utuh dengan melibatkan kecerdasan pisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) yang dimilikinya. Haji Bambang dan Kawan-kawan adalah individu yang merupakan korban dari bom bali tersebut, sebagai seorang individu mereka menggunakan kecerdasan pisiknya (PQ) dan kecerdasan intelektualnya (IQ) untuk berusaha menyelamatkan diri masing-masing, agar terhindar dari musibah bom bali. Tapi dilain pihak didalam diri mereka terdapat rasa sebagai manusia mahluk yang sama yang wajib untuk saling tolong menolong, dengan ikut membantu para korban yang tewas maupun yang luka-luka dan selamat disini kecerdasan emosional(EQ)nya berperan. Selain itu mereka sadar sebagai mahluk tuhan sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut apa yang mereka lakukan (menolong korban bom bali ) adalah bentuk pengabdian ( ibadah ) dan penghormatan mereka kepada tuhan diluar tempat ibadah (disini melibatkan kecerdasan spiritual(SQ) yang mereka miliki) .mereka sadar apa yang mereka lakukukan merupakan perintah dari Tuhan seperti yang telah ditulis dalam kitab suci mereka, yaitu saling tolong menolong sebagai sesame mahluk Tuhan.

  1. Perbedaan antara sikap Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang dengan sikap pemerintah Amarika Serikat dalam menghadapi kasus terorisme.

Haji bambang dan Nyoman Bagiana Karang dalam menghadapi kasus terorisme menggunakan seluruh potensi dan hakekat utuhnya sebagai manusia dengan melibatkan kecerdasan pisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ),dan  kecerdasan spiritual (SQ) yang mereka miliki sedangkan sikap Amerika Serikat lebih cenderung menggunakan egoisme semata, mereka lebih melibatkan kecerdasan fisik(PQ), dan kecerdasan intelektual (IQ) nya dalam  menghadapi kasus terorisme,walaupun kecerdasan emosional (EQ)nya juga ikut  dilibatkan, tapi lebih kepada kecerdasan emosional yang cenderung negative  karena lebih kepada ajakan agar masyarakat Amerika Serikat menganggap kelompok tertentu sebagai musuh. Sikap pemerintah Amerika Serikat juga cenderung mengabaikan kecerdasan Spiritual (SQ) yang dimilikinya dalam menghadapi kasus terorisme ini.

  1. Penyebab terjadinya perbedaan suasana bathin masyarakat Kuta (Bali) dengan masyarakat Amerika dalam menghadapi kasus terrorisme, berdasarkan teori etika yang ada.

Perbedaanya adalah terletak pada penggunaan kecerdasan spiritual (SQ) yang dimilikinya dalam menghadapi kasus terorisme. Dalam hal ini penggunaan kecerdasan spiritual (PQ) masyarakat kuta telah mengaplikasikan kecerdasan spiritual tersebut dalam menghadapi kasus terorisme (bom Bali) kecerdasan ini terdapat dalam teri teonom yang telah dikemukakan sebelumnya, sedangkan masyarakat Amerika Serikat cenderung tidak menggunakan hal tersebut. Suasana bathin akan menjadi tenang apabila kita mampu mengelola kecerdasan spiritual yang dimiliki. Ketenangan bathin itu akanhadir bila jiwa dan raga kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Takkan ada kebencian, kemarahan, dendam, semua itu bisa dikelola dengan baik apabila kecerdasan spiritual itu digunakan. Dengan tuntunan Tuhan yang ditulis melalui kitab suci masing-masing ummat beragama, akan menjadi pedoman dalam mengelola kecerdasan spiritual  yang kita miliki, kecerdasan yang merupakan pusat dan paling mendasar di antara kecerdasan lainnya, karena dia menjadi sumber bimbingan atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya.

  1. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah dua orang berbeda keyakinan  Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang  dalam menghadapi kerawanan konflik di tanah air, baik konflik agama, suku, adat dan sebagainya.

Perbedaan agama atau keyakinan bukanlah halangan  menciptakan situasi yang kondusif, tentram dan damai di tanah air ini. Dalam menyikapi setiap perbedaan baik agama, suku, adat dan sebagainya, hendaknya kita kembali berpedoman kepada kitab suci kita masing –masing, karena tujuan utama yang diajarkan dalam kitab suci semua agama adalah untuk mendapatkan kebahagiaan baik didunia dan di akhirat. Ini juga sama denga apa yang dikemukakan dalam teori etika teonom. Kecerdasan pisik, intelektual, emosional itu penting, tapi yang terpenting adalah kecerdasan spiritual karena itulah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu mempengaruhi ketiga kecerdasan lainnya.

 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan.
    • Terciptanya situasi aman dan kondusif  dan terciptanya ketentraman bathin masyarakat Bali pasca Bom bali 1 dan 2 tidak lepas dari kemampuan masyarakat Bali mengelola kecerdasan pisik, intelektual, emosional dan spiritual masyarakat Bali seperti yang telah dicontohkan oleh Haji Bambang dan Nyoman Bagiana karang.
      Apa yang terjadi di Amerika Serikat berbanding terbalik denga apa yang terjadi di Bali. Suasana bathin masyarakat Amerika Serikat menjadi tak menentu akibat dari cara mereka mengelola kecerdasan yang dimiliki, mereka lebih cenderung menggunakan egoisme mereka sebagai bangsa penguasa dalam menghadapi kasus terorisme. Mereka  cenderung tidak menggunakan kecerdasan spiritual yang dimilikinya.  Mereka tak menyadari bahwa ada yang lebih berkuasa diatas mereka yaitu Tuhan, penguasa diatas segala-galanya.
  2. Saran-saran
  • Dalam menghadapi setiap permasalahan, apalagi yang berkaitan dengan isu-isu yang dapat menimbulkan kerawanan konflik. Hendaknya kita berusaha untuk tetap  menahan diri, dan tetap menjaga kondusifitas lingkungan tempat  kita berada/tinggal.
  • Setiap menghadapi permasalahan sosial, setiap individu hendaknya kembali kepada tuntunan/ajaran dari  keyakinan (agama) masing masing, sebagai dasar pedoman dalam mengambil suatu tindakan. Bagi yang muslim kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidupnya, begitu juga halnya individu yang menganut agama yang lain kembali kepada tuntunan agamanya masing-masing.

 

 
 

Tinggalkan komentar